Cerita Sedih : Tape ? Sungguh tak terasa kala waktu telah berputar dengan cepat. Tak terasa pula bumi telah satu kali memutari matahari melewati berkilo-kilo meter orbitnya. Dan itu saatnya waktu dimana orang di seluruh dunia bergembira dan berpesta menunggu tengah-tengah larutnya malam demi meniupkan terompet mereka. Tengah malam itu merupakan suatu tekad semua orang untuk menyimpan kertas yang telah tertulis dengan tinta kehidupan tahun yang terlewatkan dan mulai membuka kertas baru untuk menuliskan tinta-tinta kehidupan baru yang lebih berwarna.
Bicara tentang akhir tahun. Aku terbaring dan merenung di ranjang empuk untuk mengenang alur kisahmu pada tahun lalu sahabatku. Disaat akhir tahun itulah sahabat. Kau pergi untuk menjemput ibumu di alam kehidupan baru dan telah meninggalkanku di alam lamamu yang masih aku jejaki ini. Bagiku, tiada tape semanis dirimu Leinia. Walaupun keadaanmu semakin membusuk karena virus, tapi semakin manis pula butir-butir inspirasi serta mutiara motivasi yang telah kau curahkan demi membuka mata semua orang akan kejamnya virus yang kau jangkit itu.
Pada masa itu, silauan cahaya matahari timur memaksaku untuk membuka mataku yang berat ini agar melihat serta menikmati sejuknya suasana alam perumahan dan hijaunya pepohonan rindang yang sedang menghembuskan udara segar untuk masuk kedalam lubang hidungku kemudian menyegarkan pikiranku. Di lawan sisi dan disaat aku menikmati indahnya pagi hari, aku melototkan kedua mataku untuk melihat tajamnya jarum jam pendek yang mengarah ke angka tujuh hingga hampir menusuk mataku. Ketika mataku hampir keluar dari wajahku saat melihat waktu, jantungku berjedug kencang sampai-sampai tubuhku tertarik ke belakang sambil rongga mulutku terngangah sehingga aku menjerit keras dengan nada yang melengking tinggi.
“Apa!!! Ini gawat! Aku terlambat lagi? Haduh, gimana nih? Aku pasti dimarahi.” Teriakku sambil perasaan gaduh dan takut sehingga otakku terbolak-balik oleh pikiran yang terguncang serta tergrusuh-grusuh.
“Tuan Leio, bangun!! Waktunya sekolah. Sarapannya udah siap lho!! “ Panggil pembantu rumahku yang berasal dari lantai bawah dengan teriakan lebih keras dari teriakanku tadi.
“Iya mbok, ini lagi otw mandi kok.” Jawabku sambil mengambil handuk dan baju-bajuku. Kemudian aku berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa hingga terpeleset jatuh ke lantai hingga tak bisa merasakan pantatku.
“Aduh mbok! Sakitnya pantatku!!” Seruku sambil merasakan linunya tulang ekorku dan terduduk di atas lantai sangat keras dan licin.
“Ya ampun tuan, tuan enggak apa-apa kan? Sakit ya? aduh, lain kali hati-hati toh! Pelan-pelan kalau jalan. Jangan lari-lari toh!! Nah,itukan akibatnya Jadi jatuh kan. Padahal lantainya tadi barusan dipel lho. Kok bisa toh? “ Cerewet mbok dari bibir lebarnya yang mencerucu berisik seperti burung gagak kelaparan.
“Haduh mbok ini cerewet banget sih. Iya sakit lah. Namanya juga jatuh. Lagian kenapa sih kok pakai dipel pagi segala. Mbok resek sih kalau lagi lapar. Makan dulu sana! Oh iya mana ayah ibu mbok?”
“Mereka sudah berangkat kerja dari pagi tadi tuan. Ini uang jajannya” Jawabnya sambil menyerahkan amplop putih berisi uang jajanku.
“Iya terima kasih mbok. Aku mandi dulu.” Ujarku sambil menyahut amplop itu dan berlari menuju kamar mandi.
Putaran waktu semakin cepat dan menipis. Aku pun mandi hanya dengan beberapa ricik air saja tanpa menggosok gigiku. Kemudian, aku pun juga melahap dua lembar roti hanya dengan sekali telan sampai-sampai tersedak bahkan sulit bernafas. Dengan mencangklongkan tasku, aku berlari ke sepeda motorku lalu menarik gasnya sekuat mungkin sehingga seperti angin dan dapat melebihi kecepatan harimau berlari. Semua halang rintang pun aku hindari dengan menggoyang-goyangkan sepedaku kekiri kekanan. Akhirnya, nafasku mulai sedikit lega karena selamat sampai sekolah. Disaat kakiku berlari hingga menginjak ruang kelas, aku memberi salam dengan wajah berkeringat dan rambut yang beracak-acakan.
“Selamat pagi, pak maaf saya terlambat. Saya tadi kesiangan pak!” Salam dan curahan alasanku pada pak guru gemuk yang berkumis tebal.
“Kamu ini datang-datang terlambat, rambut seperti sarang burung, baju basah keringat. Pakai alasan kesiangan segala lagi! Berdiri di depan! Angkat kaki kiri dan kedua tangan menyilang sambil tarik telinga!!” Perintah pak guru dengan suara kasar dan menaikan sebelah kumisnya.
“I…iya pak.” Jawab kesalku dengan suara lirih sambil mencemberutkan wajah hingga memerah.
“Huuuu…” Ejek teman-temanku di kelas dengan suara ramai rusuh.
“Diam!!!…” Teriak guru tinggi darah kami dengan mulut lebar sambil memukulkan penggaris besi ke meja hingga mengejutkan jantung kami dan merubah suasana ramai rusuh menjadi sunyi membisu.
“Anak-anak. Sebelum memulai pembelajaran kali ini, akan datang siswi baru di kelas kita. Jadi, sambut dia disini dengan baik. Mengerti anak-anak!!!”
“Mengerti Pak!”
Kemudian terdengar suara hentakan sepatu dari luar dan pertanda seseorang akan masuk kelas kami. Tiba-tiba, seorang gadis cantik berkerudung putih, berwajah putih dan manis serta berkaca mata menginjakan kakinya di perbatasan kelas. Sehingga semua teman kami memandang dia dengan rasa penasaran dan mata terpukau oleh sinar terang wajahnya yang cantik. Dia pun berjalan dengan perlahan serta anggun layaknya seorang Cinderella yang memasuki istana. Kemudian ia berdiri di depanku dan menghadap ke teman-temanku serta membelakangi diriku yang sedang merasakan getahku. Dengan wajahnya yang polos dan masih merasakan suasana asing dengan kelas sederhana kami dia pun memperkenalkan dirinya.
“Hai, teman-teman semua. Namaku Leinia. Aku adalah siswi baru di kelas kalian. Semoga kalian bisa menjadi teman yang baik untukku.” Ujarnya dengan intonasi jelas disertai ekspresi senyuman tulus yang menandakan ia adalah sosok gadis yang percaya diri dan memiliki tutur kata yang baik.
“Hai Leinia.” Jawab kami dengan suara sambutan yang hangat.
“Leinia, silahkan kamu duduk di bangku kosong yang tersedia.” Tegas guru kami.
Setelah mendengar tegasan dari pak guru, semua pria yang sebangku saling mengusir teman sebangkunya agar bisa duduk dengan Leinia. Suasana rusuh di kelas pun terjadi kembali karena suara berisik para pria dan saling dorong-mendorong.
“Diam semua!” Teriak guru kami yang darahnya sedang meninggi kembali dan membuat suasana rusuh terdiam.
“Leinia. Silahkan kamu duduk di sana, baris ketiga kolom kedua dari kanan.” Arahan pak guru untuknya sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah bangku yang akan aku duduki.
“Terima kasih pak.” Jawabnya dengan santun sambil berjalan menuju bangku dan duduk di kursi kosong dekat tempat dudukku.
“Yes yes cihui. Ternyata aku dapat untungnya juga datang telat.” Seruku dengan pelan dan perasaan yang tiba-tiba meledak gembira
“Leio! Kenapa kamu itu? Duduk sana! Bapak udah bosan lihat kamu di depan sini!! ” Sentak dan perintah pak guru padaku.
“Oke pak! Siap!!” Jawabku dengan rasa hati yang gembira.
Aku pun berjalan mendekati tempat dudukku dan membuang rasa pegalku di kursi kayu yang sebangku dengan gadis cantik itu. Disaat aku baru menyanggakan punggungku di kursi, ia pun malah memandangku sambil sedikit tertawa setelah melihatku berdiri seperti orang bodoh di depan.
“Kenapa? Kok ketawa? Ada yang aneh ya?” Tanyaku dengan rasa penasaran.
“Hehehehe… Kenapa kamu tadi berdiri aneh di depan kelas?” Tanyanya sambil tertawa tergelitik.
“Oh itu tadi, aku tadi terlambat datang.” Jawabku dengan sedikit malu.
“Oh iya, perkenalkan. Namaku Leio. Salam kenal ya. Selamat datang di sekolah kami yang sederhana.” Sambutku sambil mengulurkan jabatan tangan kepadanya.
“Namaku Leinia. Salam kenal juga ya. Terima kasih ya sambutan hangatnya.” Jawabnya sambil tersenyum tulus dan bahagia.
Setelah kejadian itulah aku mengenalmu sahabat. Pancar senyum tulusmu selalu membuatku bahagia setiap aku mengingat kejadian itu. Bayangan rona wajahmu selalu membuat diriku terbebani dengan rasa rinduku padamu. Tapi, disaat kita baru saling senyum sapa. Tiba-tiba terdengarlah kabar dari mulut ke mulut tentang aibmu. Kabar yang telah membuatku terkejut dan hampir tak percaya dengan kabar tersebut.
Pada saat itu, jam pembelajaran telah selesai. Waktu untuk memanjakan perut yang telah lapar setelah jam pelajaran pun juga di mulai. Waktu itu, aku sedang mengajak Leinia untuk pergi ke kantin dan makan bersama. Disaat kami berjalan bersama, tiga gadis yang bernama Chika, Caca dan Cutmey sedang duduk di kantin. Mereka merupakan fans-fansku yang selalu mengejar-ngejarku semenjak kelas 1 SMA. Saat mereka melihat kami berjalan melewati tempat duduk mereka, mereka melihatku dengan terkejut dan menggosip tentang aku dan Leinia.
“What? Guys guys, lihat si Leio. Dia lagi sama siapa tuh?” Tanya Chika dengan suara bisik.
“Oh itukan anak baru yang sekelas dengan Leio. Kenapa mereka berduaan sih?” Jawab Caca dengan suara bisik pula.
“Guys guys, sepertinya gue pernah kenal tuh cewek deh.” Seru cutmey.
“Emangnya lho kenal mey? Siapa dia?” Tanya Caca.
“Ya kenal lah. Dia itu pernah satu sekolah saat SMP tau. Tapi aku enggak begitu akrab sih dengannya. Dia itu miskin dan Ibunya penjual Tape. Dan kabarnya guys, saat di SMP ia dikabarkan telah terinfeksi virus HIV.” Ungkapan aneh dari Cutmey.
“Hah, beneran mey? Ah lo ngacau ya mey?” Tanya Chika dengan rasa penasaran.
“Beneran tau! Bahkan guru-guru juga pernah cerita kok tentang dia. Semua teman SMP juga percaya kalau ia terkena virus HIV.” Jawab Cutmey dengan yakin.
“Eh, ini gak bisa dibiarin guys. Coba lihat, dia mesra banget dengan leio. Samperin yuk!” Ajak Caca.
Disaat kami telah membeli makanan kami dan akan duduk di bangku kantin, tiba-tiba mereka berjalan terburu-buru ke arah kami dan pura-pura tidak sengaja menjatuhkan makanan Leinia.
Penulis >> Wahyu Aldy Eskariadi (http://ceritamotivasi-sekolah.blogspot.com)
Pencarian Terkait
Tags: #cerita motivasi #cerita sedih #cerpen #motivasi #remaja #Wahyu Aldy Eskariadi