Gejala Difteri memang sulit terdeteksi sebab hampir sama dengan penyakit flu dan sakit tenggorokan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini juga bisa menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu. Anak-anak usia lima tahun kebawah atau orang lanjut usia lebih rentan terkena penyakit difteri. Selain itu, penyakit difteri ini bisa menyerang orang dewasa termasuk ibu hamil.
Perlu Anda Ketahui, Inilah Gejala Difteri Pada Ibu Hamil
Bagaimana gejala difteri pada ibu hamil?
Ibu hamil bisa saja terkena difteri yang menular lewat udara dan kontaminasi dengan penderita difteri lewat benda-benda. Berada di area publik atau menggunakan fasilitas publik juga rentan terkena penularan penyakit ini. Oleh sebab itu, ibu hamil benar-benar disarankan menjaga kebersihan diri semaksimal mungkin. Jika tertular difteri, ibu hamil bakal mengalami beberapa gejala penyakit yang umum menyerang penderita difteri usia dewasa lain.
Gejala difteri pada ibu hamil diawali dengan pilek atau sakit tenggorokan. Penderita yang telah terpapar bakteri ini akan mengalami gejala ringan seperti demam, tubuh menggigil, lemas, nyeri otot, pembengkakan leher dan hidung.
Selain itu, kemunculan pseudomembran atau lapisan tebal di bagian tenggorokan hingga saluran napas menciptakan rasa sakit untuk menelan makanan atau bernapas. Jika sudah parah, penyakit berbahaya ini bisa saja menyerang tubuh lain seperti hidung, laring, mata, kulit dan organ vital lain seperti jantung.
Komplikasi penyakit difteri yang parah bisa menyebabkan masalah kerusakan jantung, saraf, penyakit ginjal hingga berisiko kematian. Pada ibu hamil, tentu penyakit ini sangat berbahaya sebab bisa mengakibatkan risiko yang tidak diinginkan seperti mengalami keguguran. Oleh sebab itu, ibu yang tengah hamil tetap direkomendasikan pemberian vaksin difteri untuk mencegah penularan penyakit yang bisa membahyakan nyawa diri sendiri dan janin yang dikandung.
Amankah memberikan vaksin difteri pada ibu hamil?
Vaksinasi difteri aman diberikan kepada ibu hamil sebab tidak mengandung bakteri hidup. Jenis vaksin yang diberikan adalah DTP atau vaksin Difteri/Tetanus/Pertussis yang bisa melindungi tubuh dari penularan bakteri difteri, memberi daya tahan tubuh terhadap tetanus dan batuk rejan (pertussis). Vaksin DTP jenis Tdap direkomendasikan pada ibu hamil rentang usia kehamilan antara 27-36 minggu atau setelah melahirkan sang buah hati.
Pemberian vaksin Tdap wajib diberikan setiap mengalami kehamilan tanpa pertimbangan kapan terakhir mendapatkan vaksinasi Tdap sebelumnya. Vaksinasi ini bisa meningkatkan kekebalan tubuh ibu hamil dari serangan penyakit difteri yang menjadi salah satu kasus luar biasa (KLB) di Indonesia beberapa waktu terakhir. Alangkah baiknya para ibu hamil melakukan vaksinasi demi menjaga kesehatan diri sendiri dan janin ya!
Tentu ada efek samping yang bisa saja dirasakan para ibu hamil setelah melakukan vaksinasi difteri antara lain mengalami demam ringan, rasa nyeri dan mengalami pembengkakan pada area yang baru saja disuntik.
Efek samping ini tergolong wajar sebab bisa terjadi segera setelah melakukan vaksinasi atau dalam rentang waktu 3 minggu setelah vaksinasi berlangsung. Selain vaksinasi difteri, ibu hamil juga direkomendasikan melakukan vaksinasi influenza dan hepatitis B khusus ibu hamil yang rentan dengan risiko mengalami penyakit hepatitis B.
Pemberian vaksin difteri tidak akan membahayakan kesehatan janin Anda lho! Jadi, tidak ada salahnya melakukan vaksinasi difteri untuk mencegah penularan penyakit difteri. Difteri bisa saja menyerang siapa saja termasuk ibu hamil yang tinggal di kawasan endemik difteri atau lingkungan yang kurang bersih. Jangan sampai Anda terkena penyakit berbahaya ini dan baru menyadari setelah gejala difteri kian parah. Yuk, sayangi diri sendiri dan buah hati dalam kandungan dengan menjaga kesehatan sebaik mungkin!
Pencarian Terkait
Tags: #Informasi #Kesehatan #Vira ID